Sumber pangan hewani, merupakan salah satu makanan sehat yang dibutuhkan oleh manusia. Dari sinilah, manusia bisa mendapatkan sumber protein bagi tubuhnya. Sumber protein ini banyak didapatkan dari produk-produk ternak seperti susu, telur, daging dan turunannya. Hal ini membuat negara Indonesia terus menggenjot produktivitas agar terus mampu untuk mencukupi pasokan sumber protein bagi masyarakat. Tidak hanya bagi Indonesia, produk peternakan ini ternyata juga dilirik oleh banyak negara-negara tetangga Indonesia.Indonesia kini mempunyai peluang besar untuk mengkeskpor itik pedagingnya ke luar negeri. Sebab, produksi itik asal Indonesia sudah mengalami surplus yang cukup besar, jika dikurangi dengan konsumsi dalam negeri. Dikutip dari laman resmi Kementerian Pertanian, Dirjen peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), I Ketut Diarmita, populasi itik pada 2018 sebanyak 51.239.185 ekor dan tercatat populasi dari 2014 sampai dengan 2018 meningkat sebesar 13,19 persen dan rata-rata pertumbuhan sebesar 3.16 persen per tahun.

Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa kita bisa meningkatkan produksi daging itik dalam negeri guna memenuhi permintaan masyarakat indonesia, serta mengurangi ketergantungan impor daging serta meningkatkan efesien dan efektifitas usaha peternakan unggas di dalam negeri. Kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) adalah suatu cara memasukkan sel spermatozoa kedalam ovum yang telah dicairkan menggunakan NaCl dan diproses menggunakan metode serta alat khusus yang disebut “insemination gun”.

Kawin suntik itik pedaging

Tujuan perkawinan itik dengan sistem inseminasi buatan (IB).

1. Meningkatkan kualitas ternak

2. Meningkat populasi ternak

3. Menghemat penggunaan pejantan

4. Mencegah penularan penyakit kelamin akibat perkawinan alami

5. Perkawinan silang antara antara berbagai bangsa/ras dapat dilakuakan

Keuntungan inseminasi buatan (IB) adalah:

1. Menghemat biaya, dengan adanya inseminasi buatan (IB) peternak tidak perlu memelihara pejantan terlalu banyak, untuk perbandingannya 1 ml sperma : 10 ml NaCl. Untuk dosisnya 0,05 ml/ekor.

2. Menghemat waktu, peternak tidak perlu menunggu itik tersebut kawin secara alami, dengan melakukan inseminasi buatan bisa bertahan sampai 3 x bertelur dengan telur yang dibuahi.

3. Dapat memanfaatkan teknologi yang dimana spermantozoa dapat disimpan dalam jangka waktu panjang.

4. Menghasilkan mutu berkualitas

Pelaksanaan inseminasi buatan dikatakan berhasil apabila telur sudah melewati masa “candling”. Masa candling yaitu 3-4 hari, untuk penetasan pada itik 28 hari.Keberhasilan kawin suntik (IB) pada itik pedaging diharapkan agar kebutuhan pangan asal hewani seperti daging, susu, dan telur dapat terpenuhi, sehingga Indonesia tidak melakukan impor baik berupa bakalan maupun daging beku dari negara lain.


Agung Kurniawan

Penulis: Agung Kurniawan Mahasiswa polbangtan Bogor Instagram: kiteng_25 Wa:+62 852-7315-3430