Domba telah lama dipelihara di pedesaan, namun hanya dipelihara sebagai usaha sampingan saja atau untuk mengisi waktu luang dengan sekala yang tidak banyak (1-6 ekor), terkadang masyarakat yang memelihara domba hanya dijadikan sebagai tabungan saja. Tak banyak orang yang mengetahui betapa menggiurkannya keuntungan dari usaha berternak domba, padahal ternak domba mempunyai potensi dan prospek yang cukup besar untuk terus berkembang.
Segmentasi pasar terbesar domba masih didominasi pasar aqiqah dan qurban. Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia menyampaikan bahwa tahun 2017-2018 permintaan domba untuk aqiqah masih terus tumbuh pasa kisaran 10-12%. Dan pada tahun 2019 harga domba mengalmi peningkatan sebesar 20%.
Tingginya konsumsi daging domba selain dikarenakan pasar aqiqah dan qurban, juga dikarenakan oleh pasar kuliner. Kedudukan domba amatlah penting bagi umat muslim yang ingin berqurban sendiri karena tidak perlu membeli sapi, cukup dengan satu ekor domba saja.
Sebenarnya, pemasaran domba bukan hanya dijual sebagai hewan qurban atau aqiqah saja, masih ada beberapa arah pemasaran untuk memasarkan domba ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Dijual dalam bentuk olahan siap saji dengan kemasan kalengan.
Daging domba dapat diolah menjadi berbagai masakan seperti tongseng, rendang, gulai, sop, dan masih banyak lagi. Olahan-olahan ini dapat dikemas dalam bentuk kalengan sehingga tahan lama dan bisa dikirim ke berbagai daerah.
(2) Dijual kiloan dalam bentuk kemasan vacum.
Salah satu media penyimpanan yang baik untuk produk daging adalah plastik kemasan kedap udara atau plastik vacum. Plastik kemasan vakum dapat melindungi daging dari pertukaran udara dari luar sehingga mampu menjaga kualitas daging dan membuat daging dapat bertahan lebih lama. Dalam kondisi hampa udara (vacum), serangga dan mikroorganisme akan mati dengan sendirinya karena tidak adanya oksigen dan meningkatnya konsentrasi karbondioksida. Selain itu pengemasan daging dengan metode vacum dapat memberikan efek visual yang baik bagi daging.
